Sabtu, 04 Maret 2017

Permainan orang Banjar yang perlu kita lestarikan

Langkanya permainan Balogo dimainkan masyarakat Banjar
Permainan adalah sesuatu yang mengasikkan untuk dilakukan ketika pada saat kita masih anak kecil hingga remaja. Permainan Balogo ataupun yang lainnya dapat membuat anak anak beriteraksi dengan baik dan berulang ulang hingga ke esokan harinya. Pada tulisan artikel sederhana ini ane akan mengungkap ( seperti kasus kejahatan saja, hehe) lebih tepatnya memberikan bacaan untuk saudara-saudara dan masyarakat membaca akan pentingnya untuk melestarikan permainan tradisonal yang ada di masyarakat. Permainan Balogo adalah pemainan yang dimainkan oleh anak-anak hingga remaja, permainan ini dimainkan paling sedikit 4 orang pemain( di daerah lain mungkin berbeda penamaannya). Dengan sebuah Logo (benda utama) dan tongkat untuk digunakan untuk mendorong sebuah Logo melesat kedepan, dari itu perlu tenaga yang kuat dan kemampuan membidik yang hebat. Beberapa tahun terakhir ini saya melihat banyak anak-anak yang lupa dan meninggalkan permainan tradisional, mengapa hal itu terjadi? Jawabnya simple “ karena orang yang lebih dewasa tidak mengenalkannya dan mengajarkannya” ( sumber: Asbi ). Berkurangnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan permainan tradisional masyarakat telah digantikan permainan modern (seperti game online smartphone,Playstation, maupun PC atau laptop. 
Maka dari itu masyarakat juga perlu melestarikan, minimal mengenalkan kepada anak-anak kita, bukan mengenalkan sebuah smartphone, okeee. Meskipun kita tahu kita perlu biaya untuk memenuhi kebutuhan tapi permainan tradisional perlu dalam masyarakat sebagai inilah ciri khas kita. Dalam satu tahun terakhir ini saya berjalan jalan kesebuah desa sekitaran Banjarmasin untuk menemukan permainan ini namun sungguh sedikit agak kecewa, mengapa kecewa? Karena dalam perjalanan saya terhadap 10 desa yang didalamya terdapat berbagai komplek maupun Gang, saya hanya Cuma menemukan 1 desa yang masih ada bermain Balogo, tapi itu lebih dari cukup untuk menutupi hati saya yang rindu akan permainan ini, huhuhuhu. Mungkin juga bukan waktu yang tepat yaaa untuk saya mencari itu hehehe karena ada yang mengatakan permainan Balogo adalah permainan musiman, tapi kapan musimnya {iyaa kan}. 
Saya bingung untuk berbicara apa tapi ini perlu kita lihat, kita buka mata kita, akan permainan tradisonal itu langka layaknya suatu harta yang perlu kita jaga. So, kita warga indonesia ayoo lestarikan permainan tradisional yang ada di tempat kita, mumpung masih ada penerusnya. 
       Sampai di sini saja dulu ya artikel sederhana kita, semoga bermanfaat untuk kita semua, Amin
 Wassalam. 
Silahkan ditonton videonya ya









Selasa, 14 Februari 2017

Berpindahnya Kegunaan Seni Bela Diri Bakuntau



Berpindahnya Kegunaan seni Bela diri Bakuntau pada Masa sekarang ini
Kalian pasti pernah mendengar istilah Bakuntau, pernah dong ya kan? wkwk sok tau loe). Pada kalangan masyarakat Kalimantan Selatan khususnya orang Banjar dan Pahuluan, istilah ini digunakan untuk menamakan seni bela diri yang berasal dari Kalimantan Selatan tapi saya tidak tau asal mu’asalnya. Di daerah lain pun mungkin juga ada seni bela diri seperti Bakuntau namun akan berbeda penamaannya #hehe… ane juga nggak tau di daerah lain apa namanya#. Seni bela diri Bakuntau biasanya difungsikan untuk mempertahankan diri dari bahaya, etttsss  bukan bahaya bencana alam yaaaa ^_^ melainkan untuk menjaga diri dari serangan orang-orang jahat yang ingin mencelakakan kita, misalnya perampok, pencuri atau sejenisnya.
Seni bela diri bakuntau di pada awalnya digunakan untuk menjaga diri dari hal yang mencelakakan kita namun sekarang ini sebagian besar kegunaan itu telah berubah menjadi seni pertunjukan kepada masyarakan. Mengapa hal itu terjadi! tau nggak kalian? saya juga nggak tau wkwk Berubahnya kegunaan ini akibat adanya perubahan jaman yang semakin hari semakin kompleks, tentu kegunaan seni bela diri Bakuntau juga berubah dengan sendirinya. Banyak masyarakat umum memandang Bakuntau sebagai pertunjukan belaka untuk penampilan-penampilan sebuah acara, padahal pada zohirnya Bakuntau digunakan sebagai perisai mempertahankan diri dari bahaya, sebab jaman modern sekarang ini bukan otot yang bertindak namun otak yang dimainkan untuk menghalau si pelaku kejahatan tersebut. Cukup sampai disini saja postingannya
Itulah tadi sedikit postingan sebuah Berpindahnya kegunaan seni bela diri Bakuntau menjadi seni Pertunjukkan, salah khilaf mohon ampun dan maaf. Wassalam
Postingannya dikit amat ya? Mohon maaf ane masih newbie, wajarlah sampai disini saja wkwkwk. See you later bye bye
Tonton sedikit cuplikannya bro/sis yang suka seni bela diri Bakuntau. Ini dari MA Arrahmah Sungai Tabuk







Jumat, 10 Februari 2017

Membuat program kegiatan didasari dengan pendidikan multikultural. FKIP UNLAM



Nama : AHMAD
Nim : A1A414222
Mata Kuliah : Pendidikan Multikultural
 Universitas Lambung Mangkurat
Tema :
Event Competition  Memperebutkan Juara Tari Tradisional Tingkat SMP se-Kabupaten (Kalimantan Selatan)
Membuat program kegiatan didasari dengan pendidikan multikultural yang di tanamkan.
Tujuan :
Untuk meningkatkan naluri berbudaya masyarakat pada saat ini yang mulai pudar, maka dengan mengadakan event competition ini bertujuan agar peserta maupun masyarakat mendapatkan sebuah pengetahuan, sekaligus sarana untuk mengetahui tentang budaya tentunya sarana pengetahuan, khususnya tarian-tarian dari berbagai daerah yang di ikuti siswa-siswi. Dengan adanya event competition ini diselenggarakan agar lebih menambah keterampilan siswa-siswi SMP se-Kabupaten, event competitian ini diadakan dalam rangka untuk memberikan sikap peduli, pengetahuan, dan pemahaman tentang tarian serta budaya baik itu budaya di dalam Kalimantan ataupun di luar Kalimantan. Seyogyanya untuk meningkatkan keterampilan para siswa dalam kehidupan ataupun prestasi akademik. Acara ini dilaksanakan sengaja di tempat terbuka, agar masyarakat dapat menonton dan melihat untuk juga menambah wawasan masyarakat tentang tarian budaya. Menambah pengetahuan masyarakat dalam kebudayaan itu sangatlah penting, berhubungkan dalam masyarakat minimnya akan pendidikan, semula hal ini pada saat jaman dahulu memang kurang bermanfaat mengingat akan tarian ini cuma sekedar persembahan untuk kebutuhan masyarakat, namun sekarang sangatlah berbeda terkait berkurangnya kebudayaan, maka dari itu dengan mengadakan event competition ini akan menimbulkan kembali semangat berbudaya masyarakat untuk melestarikan budaya yang sudah tenggelam. Tak hanya itu event competition ini juga secara tidak langsung akan menambah komunikasi dalam masyarakat setelah melihat ini, yang setelahnya akan menumbuhkan sikap peduli terhadap sesama umat manusia, sehubungan itu pula akan menambah erat tali persatuan dalam bermasyarakat dan berbangsa. Khususnya yang menyasikan penampilan  dalam event competition ini tertuju untuk masyarakat Kalimantan selatan.
Langkah langkah :
Pertama-tama siswa-siswi diharuskan berkumpul untuk mendengarkan serta pemahami syarat dan ketentuan event competition yang akan dilaksanakan, sehingga siswa dapat melakukan penampilan dengan sepenuhnya tanpa adanya arahan kembali. Yang kedua, sebelum berlangsungnya acara tim/creaw/panitia memberikan arahan serta pengetahuan pentingnya akan keterampilan dan melestarikan budaya, mengingat kurangnya keterampilan serta karakter berbudaya siswa-siswi pada pada jaman sekarang ini, agar siswa senantiasa melestarikan kebuayaannya masing-masing tentunya untuk daerahnya sendiri. Selanjutnya, siswa-siswi diarahkan untuk mengambil nomor urut untuk penampilan tim atau groupnya agar mereka dapat mempersiapkan diri sesuai nomor urut yang dimilikinya, sehingga sesuai dengan urutan tersebut penampilan para siswa-siswi tidak akan menjadi rancu dan akan dapat terkendali dengan baik. Selanjutnya, siswa-siswi akan menampilkan tarian-tarian yang akan dibawakannya serta, mereka lanjutkan dengan menceritakan sejarah-sejarah atau asal usul tarian yang dibawakan mereka tersebut. Dan terakhir para dewan juri akan memberikan penilaian siapa yang akan menerima juara pada event competition tersebut, tentunya dengan syarat penilaian dewan juri sebagai berikut
Dengan kategori sebagai berikut :
·         Menguasai minimal 5 tarian tradisional
·         Raut wajah atau mimic sesuai dengan tarian
·         Mengetahui sejarah atau asal usul tarian yang di tampilkan
·         Gerakan yang sempurna
·         Menggunakan pakaian adat tradisional
·         Kesempurnaan posisi dan strategi tarian
Output/ Hasil:
            Event competition perebutan juara tari tradisional tingkat SMP se-Kabupaten yang tentunya, untuk menambah pengetahuan siswa-siswi dan masyarakat agar dapat menghargai budaya daerah lain. Dengan adanya ajang ini sebagai cara agar masyarakat dapat menerima serta, mehargai budaya-budaya lain demi menjadikan hubungan antar suku lebih baik. Event competition ini sebagai sarana pula untuk, memperkenalkan kepada masyarakat tarian-tarian daerah sebagai bukti, bahwa budaya itu hidup didalam masyarakat secara turun temurun. Setelah selesai terlaksananya event competition ini, memungkinkan menambah minat masyarakat dalam melestarikan budaya daerah, sekaligus menambah kepedulian masyarakat untuk mempertahankan budaya, serta bidang akademik untuk menambahkan mata pelajaran pendidikan multikultural disekolah, sehingga akan menambah siswa-siswi terampil dan menjadi karakter manusia yang berbudaya, serta untuk meningkatkan mutu dan kualitas siswa-siswi. Karna kita tahu manusia itu adalah simbiosis mutualisme yang dapat menjadikan keterampilan siswa untuk saling menguntungkan dari berbagai pihak peduli akan budaya daerah.  



Kebiasaan Mahasiswa nongkrong di payung FKIP UNLAM



KEBIASAAN MAHASISWI NONGKRONG DI BAWAH PAYUNG FKIP
Oleh :
AHMAD  (A1A414222)
FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
1.      PENDAHULUAN
Anak muda dan nongkrong adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan lagi. Di sekolah-sekolah, usai jam pelajaran, di kampus-kampus diantara jam kuliah, bahkan di kantor-kantor sepulang jam kantor. Topik obroloannya-pun beragam, dari rapat kepanitiaan, berdiskusi tentang topik-topik serius sampai obrolan yang tidak jelas seperti gosip, ngerumpi dan sebagainya. Bagi anak muda, yang terpenting dalam nongkrong adalah kedekatan afeksi dengan teman-teman peer group. Faktor lainnya sekedar sebagai pendukung. Mau di lantai teras ruang kuliah, selasar kampus, maupun sekedar di tembok beton yang bisa ditongkrongi. Disitulah mereka nongkrong. Waktunya-pun tak tanggung-tanggung, bisa berjam-jam (Hasanuddin, 2011:80).
Mereka yang positif atau aktivitasnya yang plus adalah yang menghasilkan manfaat besar bagi dirinya dan lingkungan kehidupannya. Karena, ada juga aktivitas yang negatif, yang menghasilkan sesuatu negatif berskala besar (Ahman & Endang, 2010:1).
 Sering kali mahasiswi mencari tempat nongkrong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tambahan baik berupa keperluan kuliah ataupun keperluan pribadi,  memerlukan tempat untuk nongkrong dan sekaligus tempat berlindung dari sengatan sinar matahari. Terlebih lagi hal yang diperlukan pada umumnya untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di dalam kampus untuk keperluan penunjang kuliah, tentu saja tempat nongkrong tersebut mempunyai colokan listrik untuk mengchanger smartphone ataupun laptop. Di dalam kampus terdapat banyak fasilitas untuk nongkrong yang disediakan oleh pihak kampus dan pihak bekerja di kampus untuk dapat memenuhi kebutuhan para mahasiswa dan mahasiswi demi menunjang keperluan kuliah mereka seperti halnya bangku taman, meja dan tempat duduk berpayung.
Internet saat ini adalah alat dan jaringan yang penting untuk para mahasiswi. mahasiswi sering mengahabiskan waktu sehabis kuliah mereka dengan melakukan aktivitas internet sambil nongkrong di bawah payung. Dalam buku yang berjudul Daftar Alamat Internet Dunia oleh Agustinus dikatakan bahwa internet adalah jaringan komputer terbesar yang ada di dunia pada saat ini. Internet adalah istilah yang diberikan untuk memberi nama jaringan komputer (1996:V). Para mahasiswi menggunakan internet untuk bermain di media sosial seperti mengupload foto, mencurahkan isi pikiran atau sekedar chatting. Hal ini sangat disenangi oleh para mahasiswi dikampus, mereka sangat menikmati fasilitas yang sudah disediakan oleh pihak  kampus dan mereka memanfaatkannya dengan baik.
Media sosial adalah media online yang memungkinkan bagi pengguna untuk berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi. McNaught et al. (2011) mengkategorikan web 2.0 atau perangkat lunak seperti blog, jejaring sosial, wiki, forum dan youtube sebagai media sosial. Media sosial memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia, dilihat dari dua sisi yaitu jumlah pengguna dan sifat media sosial. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia cukup besar terutama pengguna weblog dan facebook. Menurut Bosman & Zagenczyk (2011) media sosial memiliki sifat berhubungan, berbagi, dan berkaloborasi (connecting, sharing, and calorating). Sifat media sosial seperti ini memberi keuntungan antara lain menambah kuantitas komunikasi antara pengajar dan pembelajar, membuka peluang berdiskusi dan berkaloborasi dalam penyelesaian tugas, dan meningkatkan partisipasi serta keterlibatan pembelajar dalam berbagai aksi di sekolah (Yanti, 2014: 32).  
Selain itu hal ini juga  dapat semakin menunjang para mahasiswi  dalam mengerjakan tugas-tugas kampus, dapat membuat mahasiswi semakin pintar, rajin dan berprestasi dalam akademik mereka. Seyogyanya dapat mereka gunakan untuk hal yang bermanfaat bagi akademik mereka, namun saat ini yang telah banyak mereka lakukan 70% untuk keperluan pribadi (browsing, menonton film, chatting) yang secara tidak langsung menggunakan fasilitas umun untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan kuliah.
2.      NEGATIF DAN POSITIF KEBIASAAN NONGKRONG
Berbicara tentang nongkrong tentu tidaklah lepas dari hal posisitif dan negatif yang dilakukan seseorang. Ketika dia merasakan kesenangan yang membuatnya betah, maka itu tidak akan menggangu bahkan membuang waktunya sedikitpun, terkecuali mereka merasa terganggu ketika mendapat gangguan dari pihak lain. Hal inilah yang biasa dilakukan mahasiswi yang ada di kampus fkip UNLAM. Mereka akan meninggalan tempat nongkong tersebut apabila telah memasuki waktu kuliah, hal ini yang akan menunda mereka nongkrong dan membuat mereka menjauh serupa meninggalakn tempat ningkrong tersebut.
 kami biasanya bejauh bila ada kawan atau mahasiswa yang lain tu umpat jua bedudukan tapi buhannya lakian tu beroko, kami merasa terganggu” (sumber: Nissa, Lisnawati).
Melakukan kebiasaan nongkrong dengan teman-teman mereka di areal kampus, tepatnya di bawah payung akan membuat mereka betah disebabkan sebuah internet wifi kampus yang didapatkan secara gratis, fasilitas ini akan membuat sebuah hal negatif atau positif yang dilakukan oleh sekumpulan mahasiswi. Sekarang banyak sekali penyediaan fasilitas-fasilitas tempat nongkrongan. Meskipun berkonotasi negatif, nongkrong sepertinya sudah menjadi kebiasaan, apalagi bagi kaum remaja. Setiap harinya pasti tidak akan pernah ketinggalan (Yadi, 2009:120). Kebanyakan mahasiswi biasanya lebih memilih tempat yang sejuk untuk nongkrong  dan terlidung dari panas yang dapat membuat kulit mereka menjadi lebih gelap. Mereka kebanyakan sangat mengutamakannya hal ini, karena mereka tidak ingin terlihat berkeringat, kusam dan berantakan. Hal ini mereka utamakan  agar bisa terlihat tetap segar dan dapat melakukan aktivitas dengan lancar tanpa adanya gerah dan gangguan dari sengatan sinar matahari.
Memanfaatkan fasilitas kampus untuk hal yang penting ini sangatlah bermanfaat, ditambah lagi memberikan motivasi kepada mahasiswa lain untuk lebih dekat dengan dosen pembimbingnya masing-masing, tak luput dari kesederhanaan di lakukan antara mahasiswa dan dosen pembimbing sehingga lebih membuat mahasiswa konsul tersebut lebih percaya diri. Penggunaan payung bagi dosen mungkin akan membantu mahasiswi dalam menghadapi situasi mencekam lebih natural, diibaratkan seseorang dalam menghadapi masa kritis kehidupan, dan juga tempat tersebut mereka jadikan tempat untuk mendapatkan informasi yang belum mereka ketahui, jadi dengan duduk di bawah payung bersama dengan teman, mereka mendapatkan informasi,  baik informasi dalam kampus maupun luar kampus yang didapatkan disaat berkumpul dengan teman duduk di bawah payung atau berbagi informasi dengan teman.
 Menggunakan payung di dalam kampus sebagai tempat nongkrong untuk sharing berbagi ilmu ataupun pengalaman  kepada teman cukup bermanfaat yang didapatkan. Bagi mahasiswi yang gemar sharing, tempat bawah payung inilah tempat yang strategis dan cocok untuk berbagi pengetahuan atau pengalaman. Berbagi pengalaman tentang perkuliahan ataupun pelajaran yang diberikan kepada teman, hal ini yang akan berguna dan  bermanfaat pada mahasiswi menggunakan fasilitas bawah payung ini. Seperti yang ditulis oleh Iftida dalam bukunya yang berjudul From Zero to Hero “..ajarkan ilmu yang kita miliki untuk orang lain. Jangan takut untuk memberikan pengetahuan kepada orang lain. Dengan berbagi ilmu pengetahuan, tidak ada kerugian yang kita peroleh, bahkan berbagi ilmu dapat membuat kita bertambah pintar (2010:100)”.
Menggunakan payung di dalam kampus untuk hal yang sangat bermanfaat sebagai ajang membaca buku, cukup sedikit dari mahasiswa yang ada di kampus menggunakan fasilitas payung untuk membaca buku walaupun hanya bacaan online dan bacara media massa bukan untuk membaca sebuah status yang ada di BBM atau facebook (sumber: Nasrullah). Bacaan media massa merupakan sumber inspirasi untuk menemukan ide yang actual. Mencermati trending topic dimedia cetak, seperti kabut asap yang setiap tahunnya terulang. Mahasiswa dapat menulis fenomena tersebut dengan melihat pada lokasi tertentu. Ide lain seperti lowongan pekerjaan di tengah banyaknya perusahaan yang mem-phk karyawan dapat menjadi pilihan untuk memulai sebuah karya tulis ilmiah (Nasrullah, 2016, hal 18)
 Kurangnya minat membaca mahasiswa sebagai penghalang mahasiswa menggunakan fasilitas payung untuk membaca, jika semua mahasiswa yang nongkrong dibawah payung tersebut membaca, Sungguh akan lebih bermanfaat fasilitas tersebut, hal miris ini mungkin dapat diterima di karenakan perpustakaan telah menyediakan ruang baca untuk mahasiswa. Coba bayangkan apabila di setiap payung yang digunakan mahasiswi yang hanya untuk satu kebiasaan yaitu membaca buku, apa yang akan dikatakan orang lain ketika melihat. Namun berbeda dengan kebiasaan yang satu ini, Tak sedikit dari mahasiswi yang menggunakan fasilitas payung untuk hanya menggunakan smartphone dan laptop, memanfaatkan wifi di kampus untuk keperluan pribadi, ini menjadi suatu kebiasaan yang tak terhindar oleh mahasiswi sebagai keperluan yang mutlak untuk menunjang keseharian di kampus, demi menggunakan waktu luang menunggu dan setelah keluar kuliah. Menggunakan payung sebagai tempat nongkrong untuk melakukan hal yang kurang bermanfaat, ini menjadikan tempat nongkrong tersebut banyak diminati mahasiswi untuk internet wifi agar smartphone dan laptopnya dapat digunakan dengan maksimal, baik menggunakan internet wifi untuk menunjang perkuliahan ataupun menggunakan hanya untuk keperluan pribadi streaming youtube.
Namun lain hal apabila berbagi pengalaman ataupun pengetahuan tentang kisah percintaan, hal ini sungguh miris yang akan didapatkan bagi mahasiswi. Hal  lain juga yang dilakukan mahasiswi saat manggunakan payung kampus hanya untuk konsulidasi sesama teman mahasiswinya, kebiasaan ini sering terlihat ketika para mahasiswi berada di bawah payung kampus, kebanyakan dari mahasiswi tersebut yang di konsulidasinya tentang tugas kuliah atau tugas tanggung jawab dalam organisasi, berdikusi saling tanya jawab tentang hal yang bermanfaat tersebut. Dari itu banyak dari mahasiswi yang menggunakan payung kampus untuk berbagai kepentingan bermanfaat.
Hal kurang bermanfaat yang dilakukan seseorang dalam sebuah tempat saat berkumpul tidaklah luput dari rasa senang mereka. kebiasaan  yang paling miris dilakukan mahasiswi saat duduk di bawah payung dengan sekumpulan teman-temannya dengan topik membicarakan hal yang kurang enak didengarkan atau biasa disebut dengan gosip. Seperti dikutip dalam bukunya Nasrulah “Alasan dibalik mahasiswa yang suka rebut, berteriak, tertawa terbahak-bahak, sedangkan sangat sedikit mahasiswa yang duduk membaca atau berdiskusi” (Nasrullah, 2016, hal 20). Dapat dikatakan topik tersebut bertujuan membicarakan hal pribadi orang lain. Membicarakan hal tersebut tak pernah bosan-bosannya untuk duduk di payung dalam kampus.
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang bergosip. Penyebab gosip yang paling pertama adalah banyaknya waktu kosong atau luang. Penyebab gosip yang kedua adalah kesombongan. Kita merasa diri kita lebih tinggi, lebih terhormat dan lebih baik daripada orang yang digosipkan. Gosip juga bisa disebabkan oleh faktor ketiga, yaitu memunculkan rasa bangga dengan mencela dan menggosipkan orang lain. Sikap sombong membuat orang dengan ringan hati mencela-cela dan merendahkan orang lain. Menggosipkannya-pun menjadi terasa indah bagi orang-orang yang sombong (Wijayanto&Ari, 38-45).  
Kebiasaan ini kemungkinan telah merasuk kedalam diri seseorang, tentunya kebiasaan membicarakan orang lain yang mereka lakukan pada saat di rumah atau kos telah terbawa kedalam kebiasaan di dalam kampus dan dalam perkuliahan. Menggunakan tempat payung di dalam kampus sebagai tempat yang strategis untuk bertemu dan membicarakan hal hal orang lain dan ditambah ekspresi yang aneh. Anehnya ini adalah ketika membicarakan hal orang lain di barengi dengan tertawa terbahak-bahak, ekspresi ini tentu mengundang perhatian orang lain tertuju kepada mereka. Tak hanya membicarakan orang lain yang mungkin akan merugikan orang lain ditambah lagi dengan menertawakan orang lain, ini menjadi kebiasaan yang kurang baik yang terjadi dilingkungan kampus, tepatnya menggunakan fasilitas payung yang ada didalam kampus. Mereka merasa betah duduk dibawah payung  dan tidak akan meninggalkan tempat tersebut sebelum masuknya jam perkuliahan, ataupun hal yang menggangu mereka. Kebiasaan ini bukanlah lagi aib bagi mahasiswi namun itu kebiasaan itu layaknya sebuah sarapan pagi yang hangat untuk dilakukan, seperti layaknya topik hangat yang mereka dapatkan. Kebiasaan ini tak terlepas dari karakter masing-masing individu.    
DAFTAR PUSTAKA
Nasrullah. Persiapan Melakukan Karya Tulis Ilmiah, Bahan Ajar. Banjarmasin. 2016
  Hasanuddin. Anxieties/Desires: 90 Insight for Marketing to Youth, Women,
Netizen. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2011
Sutardi, Ahman & Budiasih, Endang.Mahasiswa Tidak Memble Siap Ambil Alih
            Kekuasaan Nasional. Kompas Gramedia: Jakarta. 2010
Wijayanto & Wulandari, Ari. Gosip Halal vs Gosip Haram. Pustaka Oasis
Yasar, Iftida. From Zero to Hero: Rahasia Menciptakan Pribadi Unggul di
            Pekerjaan dan Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2010
Herlanti, Yanti. BlogQuest+:Pemanfaatan Media Sosial pada Pembelajaran
Sains Berbasis Isu Sosiosaintifik untuk Mengembangkan Keterampilan
Berargumentasi dan Literasi Sains. Bandung. 2014
Yadi. Nggak Takut Dosa?. PT. Lingkar Pena Kreativa: Jakarta Selatan. 2009