KEBIASAAN MAHASISWI NONGKRONG DI BAWAH PAYUNG FKIP
Oleh :
AHMAD (A1A414222)
FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
1. PENDAHULUAN
Anak muda dan nongkrong adalah dua hal yang tak bisa dilepaskan lagi. Di sekolah-sekolah, usai
jam pelajaran, di kampus-kampus diantara jam kuliah, bahkan di kantor-kantor
sepulang jam kantor. Topik obroloannya-pun beragam, dari rapat kepanitiaan,
berdiskusi tentang topik-topik serius sampai obrolan yang tidak jelas seperti
gosip, ngerumpi dan sebagainya. Bagi anak muda, yang terpenting dalam nongkrong adalah kedekatan afeksi dengan
teman-teman peer group. Faktor
lainnya sekedar sebagai pendukung. Mau di lantai teras ruang kuliah, selasar
kampus, maupun sekedar di tembok beton yang bisa ditongkrongi. Disitulah mereka
nongkrong. Waktunya-pun tak
tanggung-tanggung, bisa berjam-jam (Hasanuddin,
2011:80).
Mereka yang positif atau aktivitasnya
yang plus adalah yang menghasilkan manfaat besar bagi dirinya dan lingkungan
kehidupannya. Karena, ada juga aktivitas yang negatif, yang menghasilkan
sesuatu negatif berskala besar (Ahman & Endang, 2010:1).
Sering kali mahasiswi mencari tempat nongkrong untuk melakukan aktivitas-aktivitas tambahan baik berupa
keperluan kuliah ataupun keperluan pribadi,
memerlukan tempat untuk nongkrong
dan sekaligus tempat berlindung dari sengatan sinar matahari. Terlebih lagi hal
yang diperlukan pada umumnya untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di dalam kampus untuk
keperluan penunjang kuliah, tentu saja tempat nongkrong tersebut mempunyai colokan
listrik untuk mengchanger smartphone
ataupun laptop. Di dalam
kampus terdapat banyak fasilitas untuk nongkrong
yang disediakan oleh pihak kampus
dan pihak bekerja di kampus untuk dapat memenuhi kebutuhan
para mahasiswa dan mahasiswi demi
menunjang keperluan kuliah mereka seperti halnya bangku taman, meja dan tempat duduk berpayung.
Internet saat ini adalah alat dan
jaringan yang penting untuk para mahasiswi.
mahasiswi sering mengahabiskan waktu sehabis kuliah mereka dengan melakukan aktivitas
internet sambil nongkrong di bawah payung. Dalam
buku yang berjudul Daftar Alamat Internet Dunia oleh Agustinus dikatakan bahwa
internet adalah jaringan komputer terbesar yang ada di dunia pada saat ini.
Internet adalah istilah yang diberikan untuk memberi nama jaringan komputer
(1996:V). Para mahasiswi menggunakan internet untuk bermain di media sosial
seperti mengupload foto, mencurahkan isi pikiran atau sekedar chatting. Hal ini sangat
disenangi oleh para mahasiswi dikampus, mereka sangat menikmati fasilitas yang
sudah disediakan oleh pihak
kampus dan mereka memanfaatkannya dengan baik.
Media sosial adalah media online yang memungkinkan bagi pengguna
untuk berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi. McNaught et al. (2011) mengkategorikan web 2.0
atau perangkat lunak seperti blog, jejaring sosial, wiki, forum dan youtube sebagai
media sosial. Media sosial memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam
pendidikan
di Indonesia, dilihat dari dua sisi yaitu jumlah pengguna dan sifat media
sosial. Jumlah pengguna media sosial di Indonesia cukup besar terutama pengguna
weblog dan facebook. Menurut Bosman & Zagenczyk (2011) media sosial
memiliki sifat berhubungan, berbagi, dan berkaloborasi (connecting, sharing, and calorating). Sifat media sosial seperti
ini memberi keuntungan antara lain menambah kuantitas komunikasi antara
pengajar dan pembelajar, membuka peluang berdiskusi dan berkaloborasi dalam
penyelesaian tugas, dan meningkatkan partisipasi serta keterlibatan pembelajar
dalam berbagai aksi di sekolah (Yanti, 2014: 32).
Selain itu hal ini juga dapat semakin menunjang para mahasiswi dalam mengerjakan tugas-tugas kampus, dapat
membuat mahasiswi semakin pintar,
rajin
dan berprestasi dalam akademik mereka. Seyogyanya
dapat mereka gunakan untuk hal yang bermanfaat bagi akademik mereka, namun saat
ini yang telah banyak mereka lakukan 70% untuk keperluan pribadi (browsing,
menonton film, chatting) yang secara tidak langsung menggunakan fasilitas umun
untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan kuliah.
2. NEGATIF DAN
POSITIF KEBIASAAN NONGKRONG
Berbicara tentang nongkrong tentu tidaklah lepas dari
hal posisitif dan negatif yang dilakukan seseorang. Ketika dia merasakan
kesenangan yang membuatnya betah, maka itu tidak akan menggangu bahkan membuang
waktunya sedikitpun, terkecuali mereka merasa terganggu ketika mendapat
gangguan dari pihak lain. Hal inilah yang biasa dilakukan mahasiswi yang ada di
kampus fkip UNLAM. Mereka akan meninggalan tempat nongkong tersebut apabila telah
memasuki waktu kuliah, hal ini yang akan menunda mereka nongkrong dan membuat
mereka menjauh serupa meninggalakn tempat ningkrong tersebut.
“kami biasanya bejauh bila ada kawan atau
mahasiswa yang lain tu umpat jua bedudukan tapi buhannya lakian tu beroko, kami
merasa terganggu” (sumber: Nissa, Lisnawati).
Melakukan kebiasaan nongkrong dengan teman-teman
mereka di areal kampus, tepatnya di bawah payung akan membuat mereka betah
disebabkan sebuah internet wifi kampus yang didapatkan secara gratis, fasilitas
ini akan membuat sebuah hal negatif atau positif yang dilakukan oleh sekumpulan
mahasiswi. Sekarang banyak sekali penyediaan
fasilitas-fasilitas tempat nongkrongan.
Meskipun berkonotasi negatif, nongkrong sepertinya sudah menjadi kebiasaan,
apalagi bagi kaum remaja. Setiap harinya pasti tidak akan pernah ketinggalan (Yadi,
2009:120). Kebanyakan
mahasiswi biasanya lebih memilih tempat yang sejuk untuk nongkrong dan terlidung dari
panas yang dapat membuat
kulit mereka menjadi lebih gelap. Mereka kebanyakan sangat mengutamakannya hal ini, karena mereka tidak
ingin terlihat berkeringat, kusam dan berantakan. Hal ini mereka utamakan agar bisa terlihat tetap segar dan dapat
melakukan aktivitas dengan lancar tanpa adanya gerah dan gangguan dari
sengatan sinar matahari.
Memanfaatkan
fasilitas kampus untuk hal yang penting ini sangatlah bermanfaat, ditambah lagi
memberikan motivasi kepada mahasiswa lain untuk lebih dekat dengan dosen
pembimbingnya masing-masing, tak luput dari kesederhanaan di lakukan antara
mahasiswa dan dosen pembimbing sehingga
lebih membuat mahasiswa konsul tersebut lebih percaya diri.
Penggunaan payung bagi dosen mungkin akan membantu mahasiswi dalam menghadapi
situasi mencekam lebih natural,
diibaratkan seseorang dalam menghadapi masa kritis kehidupan, dan juga tempat
tersebut mereka jadikan tempat untuk
mendapatkan informasi yang belum mereka
ketahui, jadi dengan duduk di
bawah payung bersama dengan
teman, mereka mendapatkan
informasi, baik informasi dalam kampus maupun luar
kampus yang didapatkan disaat berkumpul dengan teman duduk di bawah payung atau
berbagi informasi dengan teman.
Menggunakan payung di dalam
kampus sebagai tempat nongkrong untuk
sharing berbagi ilmu ataupun
pengalaman kepada teman cukup bermanfaat
yang didapatkan. Bagi mahasiswi yang gemar sharing, tempat bawah payung
inilah tempat yang strategis dan cocok untuk berbagi pengetahuan atau pengalaman. Berbagi pengalaman
tentang perkuliahan ataupun pelajaran yang diberikan kepada teman, hal ini yang
akan berguna dan bermanfaat pada
mahasiswi menggunakan fasilitas bawah payung ini. Seperti yang ditulis oleh Iftida
dalam bukunya yang berjudul From Zero to
Hero “..ajarkan ilmu yang kita miliki untuk orang lain. Jangan takut untuk
memberikan pengetahuan kepada orang lain. Dengan berbagi ilmu pengetahuan,
tidak ada kerugian yang kita peroleh, bahkan berbagi ilmu dapat membuat kita
bertambah pintar (2010:100)”.
Menggunakan
payung di dalam
kampus untuk hal yang sangat bermanfaat sebagai ajang membaca buku, cukup sedikit dari mahasiswa
yang ada di kampus menggunakan fasilitas payung untuk membaca buku walaupun hanya bacaan online dan bacara media massa
bukan untuk membaca sebuah status yang ada di BBM atau facebook (sumber: Nasrullah). Bacaan media massa merupakan sumber inspirasi untuk
menemukan ide yang actual. Mencermati trending topic dimedia cetak, seperti
kabut asap yang setiap tahunnya terulang. Mahasiswa dapat menulis fenomena
tersebut dengan melihat pada lokasi tertentu. Ide lain seperti lowongan
pekerjaan di tengah banyaknya perusahaan yang mem-phk karyawan dapat menjadi
pilihan untuk memulai sebuah karya tulis ilmiah (Nasrullah, 2016, hal 18)
Kurangnya minat membaca mahasiswa sebagai
penghalang mahasiswa menggunakan fasilitas payung untuk membaca, jika semua mahasiswa
yang nongkrong dibawah payung tersebut membaca, Sungguh akan lebih bermanfaat
fasilitas tersebut, hal miris ini mungkin dapat diterima di karenakan
perpustakaan telah menyediakan ruang baca untuk mahasiswa. Coba bayangkan
apabila di setiap
payung yang digunakan mahasiswi yang hanya untuk satu kebiasaan yaitu membaca
buku, apa yang akan dikatakan orang lain ketika melihat. Namun berbeda dengan
kebiasaan yang satu ini, Tak sedikit dari mahasiswi yang menggunakan fasilitas
payung untuk hanya menggunakan
smartphone dan laptop, memanfaatkan
wifi di kampus untuk keperluan pribadi, ini
menjadi suatu kebiasaan yang tak terhindar oleh mahasiswi sebagai keperluan
yang mutlak untuk menunjang keseharian di kampus, demi menggunakan waktu luang menunggu
dan setelah keluar kuliah. Menggunakan payung sebagai tempat nongkrong untuk
melakukan hal yang kurang bermanfaat,
ini menjadikan tempat nongkrong tersebut banyak diminati mahasiswi untuk
internet wifi agar smartphone dan laptopnya dapat digunakan dengan maksimal,
baik menggunakan internet wifi untuk menunjang perkuliahan ataupun menggunakan
hanya untuk keperluan pribadi streaming youtube.
Namun
lain hal apabila berbagi pengalaman ataupun pengetahuan tentang kisah
percintaan, hal ini sungguh miris yang akan didapatkan bagi mahasiswi. Hal lain juga yang
dilakukan mahasiswi saat manggunakan payung kampus hanya untuk
konsulidasi sesama teman mahasiswinya,
kebiasaan ini sering terlihat ketika para mahasiswi berada di bawah payung kampus, kebanyakan
dari mahasiswi tersebut yang di konsulidasinya tentang tugas kuliah atau tugas tanggung jawab dalam
organisasi, berdikusi
saling tanya jawab tentang hal yang bermanfaat tersebut. Dari itu banyak dari
mahasiswi yang menggunakan payung kampus untuk berbagai kepentingan bermanfaat.
Hal kurang bermanfaat yang dilakukan seseorang dalam
sebuah tempat saat berkumpul tidaklah luput dari rasa senang mereka. kebiasaan
yang paling miris dilakukan mahasiswi saat duduk di bawah payung dengan
sekumpulan teman-temannya dengan topik membicarakan hal yang kurang enak didengarkan
atau biasa disebut dengan gosip.
Seperti dikutip dalam bukunya Nasrulah “Alasan dibalik mahasiswa yang suka
rebut, berteriak, tertawa terbahak-bahak, sedangkan sangat sedikit mahasiswa
yang duduk membaca atau berdiskusi” (Nasrullah, 2016, hal 20).
Dapat dikatakan topik tersebut bertujuan membicarakan hal pribadi orang lain.
Membicarakan hal tersebut tak pernah bosan-bosannya untuk duduk di payung dalam kampus.
Ada
banyak faktor yang menyebabkan orang bergosip. Penyebab gosip yang paling
pertama adalah banyaknya waktu kosong atau luang. Penyebab gosip yang kedua
adalah kesombongan. Kita merasa diri kita lebih tinggi, lebih terhormat dan
lebih baik daripada orang yang digosipkan. Gosip juga bisa disebabkan oleh faktor
ketiga, yaitu memunculkan rasa bangga dengan mencela dan menggosipkan orang
lain. Sikap sombong membuat orang dengan ringan hati mencela-cela dan
merendahkan orang lain. Menggosipkannya-pun menjadi terasa indah bagi
orang-orang yang sombong (Wijayanto&Ari, 38-45).
Kebiasaan ini kemungkinan telah merasuk kedalam diri
seseorang, tentunya kebiasaan membicarakan orang lain yang mereka lakukan pada
saat di rumah atau kos telah terbawa kedalam kebiasaan di dalam kampus dan
dalam perkuliahan. Menggunakan tempat payung di dalam
kampus sebagai tempat yang strategis untuk bertemu dan membicarakan hal hal
orang lain dan ditambah ekspresi yang aneh. Anehnya ini adalah ketika
membicarakan hal orang lain di barengi dengan tertawa terbahak-bahak, ekspresi
ini tentu mengundang perhatian orang lain
tertuju kepada mereka. Tak hanya membicarakan
orang lain yang mungkin akan merugikan orang lain ditambah lagi dengan
menertawakan orang lain, ini menjadi kebiasaan yang kurang baik yang terjadi
dilingkungan kampus, tepatnya menggunakan fasilitas payung yang ada didalam
kampus. Mereka merasa betah duduk dibawah payung dan tidak akan meninggalkan tempat tersebut
sebelum masuknya jam perkuliahan, ataupun hal yang menggangu mereka. Kebiasaan
ini bukanlah lagi aib bagi mahasiswi namun itu kebiasaan itu layaknya sebuah
sarapan pagi yang hangat untuk dilakukan, seperti layaknya topik hangat yang
mereka dapatkan. Kebiasaan ini tak terlepas dari karakter masing-masing
individu.
DAFTAR PUSTAKA
Nasrullah. Persiapan Melakukan Karya Tulis Ilmiah,
Bahan Ajar. Banjarmasin. 2016
Hasanuddin.
Anxieties/Desires: 90 Insight for
Marketing to Youth, Women,
Netizen.
PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2011
Sutardi, Ahman & Budiasih, Endang.Mahasiswa Tidak Memble Siap Ambil Alih
Kekuasaan Nasional. Kompas
Gramedia: Jakarta. 2010
Wijayanto & Wulandari, Ari. Gosip Halal vs Gosip Haram. Pustaka
Oasis
Yasar, Iftida. From Zero to Hero: Rahasia Menciptakan Pribadi Unggul di
Pekerjaan dan Kehidupan. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2010
Herlanti, Yanti. BlogQuest+:Pemanfaatan Media Sosial pada Pembelajaran
Sains
Berbasis Isu Sosiosaintifik untuk Mengembangkan Keterampilan
Berargumentasi
dan Literasi Sains. Bandung. 2014
Yadi. Nggak Takut Dosa?. PT. Lingkar Pena Kreativa: Jakarta Selatan. 2009